✨ Asma, Apakah Harus Ketergantungan Obat? ✨

✨ Asma, Apakah Harus Ketergantungan Obat? ✨

 

Bulan Mei adalah bulan dimana kita memperingati Hari Asma Sedunia. Hari asma jatuh pada tanggal 6 Mei. Dalam rangka memperingati Hari Asma Sedunia 2025, Inisiatif Global untuk Asma (GINA) telah memilih tema “ Jadikan Perawatan Inhalasi Dapat Diakses oleh SEMUA ORANG ”. GINA menekankan perlunya memastikan bahwa penderita asma dapat mengakses obat inhalasi yang penting untuk mengendalikan penyakit yang mendasarinya dan mengobati serangan.

Asma berasal dari kata bahasa Yunani yaitu “Ashtma” yang artinya “sukar bernafas”.
Penyakit asma adalah suatu proses inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi dan elemennya. Keluhan yang muncul biasanya mengik, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam hari atau dini hari.

Faktor yang berperan terjadinya asma adalah faktor genetik dan faktor lingkungan. Ada
beberapa proses sebelum terjadinya asma sebagai berikut:

  1. Sensitisasi, yaitu seseorang dengan risiko genetik dan lingkungan apabila terpajan
    dengan pemicu (inducer/sensitisizer) maka akan timbul sensitisasi pada dirinya.
  2. Seseorang yang telah mengalami sensitisasi belum tentu menjadi asma. Seseorang
    yang telah terpajan dengan pemicu maka terjadi proses inflamasi pada saluran napasnya. Proses inflamasi yang berlangsung lama atau proses inflamasi yang berat secara klinis berhubungan dengan hiperaktivitas bronkus.
  3. Seseorang yang telah mengalami proses inflamasi bila terpajan oleh pencetus (trigger)
    maka akan timbul serangan asma (mengi).

Apakah asma bisa muncul pada orang yang sudah dewasa ?

"Ya, ternyata asma bisa muncul ketika orang sudah dewasa, tidak hanya pada anak-anak. Paling sering disebabkan karena pekerjaan."

Apa saja yang menjadi faktor risiko ya? Siapa saja yang bisa menjadi penyandang asma?

  1. Faktor genetik : alergi, riwayat asma dalam keluarga (atopi)
  2. Faktor lingkungan : allergen, infeksi pernapasan, pajanan di tempat kerja, polusi udara
  3. Usia penderita : bisa pada semua umur, biasanya anak-anak

Terdapat dua jenis asma akibat kerja berdasarkan kemunculannya setelah periode laten:
Asma akibat kerja yang dipicu oleh zat pemicu sensitisasi di tempat kerja merupakan hasil dari proses alergi atau imunologi yang terkait dengan periode laten yang disebabkan oleh agen dengan berat molekul rendah dan tinggi. Zat dengan berat molekul tinggi, seperti tepung, mengandung protein dan polisakarida yang berasal dari tumbuhan atau hewan. Zat dengan berat molekul rendah, seperti formaldehida, membentuk neoantigen pemicu sensitisasi jika dikombinasikan dengan protein manusia.
Asma akibat kerja yang disebabkan oleh iritan melibatkan proses nonalergi atau nonimunologi yang disebabkan oleh gas, asap, asap, dan aerosol.

Dok, anak saya lebih mudah sesak bila cuacanya dingin.

Ya, pada asma sangat dipengaruhi oleh faktor pemicu. Pemicu ini akan membuat seseorang menjadi sesak.

Berikut adalah pemicu terjadinya hiper-responsif pada penyandang asma:

  1. Infeksi virus: rhinovirus, respiratory syncytial virus, virus influenza
  2. Infeksi bakteri: Mycoplasma pneumonia, Chlamydia pneumonia
  3. Bahan-bahan di dalam ruangan: tungau, debu rumah, binatang, kecoa
  4. Bahan-bahan di luar ruangan: tepung sari bunga, jamur
  5. Makanan-makanan tertentu: bahan pengawet, penyedap dan pewarna makanan
  6. Obat-obatan tertentu: aspirin, NSAID, ß1 bloker (misalnya propanolol)
  7. Iritan: parfum, bau-bauan merangsang
  8. Ekspresi emosi yang berlebihan
  9. Asap rokok
  10. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
  11. Exercise-induced asthma (asma kambuh ketika melakukan aktivitas fisik tertentu)
  12. Perubahan cuaca

Bagaimana kita bisa menegakan diagnosis asma? Berobat kemana ya ?

1. Fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas)/tingkat lanjut (Klinik Utama Kesehatan Paru Masyarakat)

Pemeriksaan Radiologi
Foto toraks bisa tampak normal. Diindikasikan untuk mencari komplikasi saat eksaserbasi atau memastikan diagnosis banding lainnya.

Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE) menggunakan Peak Flowmeter atau Peak
Expiratory Flow Rate Meter (PEFR) jika ada.

Perubahan (APE meningkat) ≥60 liter/menit atau ≥20% setelah pemberian bronkodilator SABA (short acting beta 2 agonis, contoh: salbutamol) mengindikasikan terdapat respons bronkodilator atau kemungkinan diagnosis asma.

2. Fasilitas kesehatan tingkat lanjut

Pemeriksaan Spirometri (bila tersedia)
Penilaian obstruksi jalan napas berdasarkan rasio Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) dan Kapasitas Vital Paksa (VEP1/KVP) yang normal di atas 75%. Dibawah nilai tersebut dinyatakan sebagai obstruksi jalan nafas.

Di Klinik Utama Kesehatan Paru Masyarakat (KKPM) kami menyediakan pemeriksaan Radiologi beserta ekspertisi dan juga pemeriksaan spirometri sebagai pemeriksaan yang dianjurkan untuk penegakan asma.

Lalu apakah asma bisa sembuh ? Apakah harus tergantung dengan obat-obatan?

Pada prinsipnya penatalaksanaan asma dibagi menjadi 2, yaitu: penatalaksanaan asma jangka panjang dan penatalaksanaan asma akut/saat serangan.

1. Tatalaksana asma jangka panjang

Prinsip utama tatalaksana jangka panjang adalah edukasi, obat asma (pengontrol dan
pelega) dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat pelega diberikan pada saat serangan, obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan dan diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus. Pada sebagian pasien obat tersebut dapat diturunkan dosis pemberiannya kemudian dilepas selama pasien dalam kondisi terkontrol.

2. Tatalaksana asma akut pada anak dan dewasa.

Tujuan tatalaksana serangan asma akut:
a. Mengatasi gejala serangan asma
b. Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan
c. Mencegah terjadinya kekambuhan
d. Mencegah kematian karena serangan asma

Salah satu hal terpenting dalam penatalaksanaan adalah edukasi. Edukasi pasien juga harus memprioritaskan pengenalan tanda-tanda peringatan dini serangan asma dan segera mencari pertolongan medis bila perlu. Kunjungan tindak lanjut rutin untuk pasien dengan asma aktif direkomendasikan, yang dilakukan setiap satu hingga enam bulan, bergantung pada tingkat keparahan asma dan kecukupan kontrol. Selama kunjungan tindak lanjut ini, dokter harus menilai kontrol asma, fungsi paru-paru, eksaserbasi, teknik inhaler, kepatuhan, efek samping pengobatan, kualitas hidup, dan kepuasan pasien terhadap perawatan. Dengan menanamkan pemahaman yang komprehensif tentang strategi manajemen asma dan mendorong keterlibatan pasien secara proaktif, dokter dapat secara signifikan mengurangi beban asma dan meningkatkan kesejahteraan pasien.

Apakah asma berbahaya? Bisakah penyandang asma menderita sakit yang lain ?

Komplikasi yang berhubungan dengan asma meliputi komplikasi yang berhubungan dengan penyakit dan efek samping glukokortikoid, LTRA (Antagonis Reseptor Leukotrien), dan intubasi endotrakeal. Daftar berikut berisi komplikasi yang berhubungan dengan asma:

  1. Penurunan fungsi paru-paru
  2. Penyakit keropos tulang
  3. Patah
  4. Infeksi
  5. Penekanan adrenal
  6. Hipertensi
  7. Diabetes
  8. Katarak
  9. Tukak lambung
  10. Gangguan tidur
  11. Apnea tidur obstruktif
  12. Gangguan suasana hati
  13. Gagal jantung
  14. Glaukoma
  15. Gagal napas atau henti napas
  16. Pneumotoraks
  17. Aspirasi

Jadi, pada dasarnya asma sangat bisa dikontrol dengan obat-obatan dan edukasi yang tepat. Dapat juga diusahakan untuk lepas terapi tergantun pada kondisi masing-masing orang. Jadi semangat ya untuk para penyandang asma, semoga selalu terkontrol. Jangan lupa berobat apabila ada gejala yang serupa. Salam Paru Sehat!

Disusun oleh : dr. Filly Ulfa Kusumawardani

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430901/

https://kdi-idi.or.id/wp-content/uploads/2024/08/5.-ASMA-BRONKIAL.pdf.pdf

Related Posts

Komentar