Kasus TBC Anak meroket, Bagaimana Cirinya?

Kasus TBC Anak meroket, Bagaimana Cirinya?

24 Maret diperingati sebagai hari TBC dunia, semenjak Robert Koch menamai mikobakterium yang berusia ribuan tahun sebelum masehi muncul. Adanya virus baru coronavirus sejak 2019 membuat para orang tua lebih aware dan waspada mengenai gejala batuk kronis. Anak dengan keluhan batuk lama, berat badan sulit naik, lesu, tidak napsu makan, acapkali membuat orangtua segera mencari kejelasan penyebabnya.

Ya, Indonesia sebagai ranking 2 dunia penderita TBC harus benar-benar waspada mengenai   penularan kuman yang satu ini. Bagaimana tidak, dari 1 orang penderita TBC yang tidak diobati bisa menularkan kepada 10 – 15 orang per tahunnya. Hal ini tentu meningkatkan risiko anak di bawah 5 tahun lebih mudah tertular.

Bagaimana ciri khas tertentu pasien TBC anak? Ada sistem tertentu yaitu sistem skoring yang bisa memudahkan klinisi menegakkan diagnosis TBC. Klinisi akan mencari gejala seperti batuk, kontak dengan penderita TBC, adakah pembesaran kelenjar getah bening, gambaran foto thorax yang mengarah kepada infeksi TBC, gizi buruk, maupun hasil pemeriksaan tes tuberkulin positif.

Apabila skor di atas 6, maka pasien anak curiga TBC akan mulai diobati dengan tatalaksana TBC Anak. Perlu kita ketahui obat TBC di Indonesia 100% gratis! Dengan skrining tepat dan menyeluruh, Indonesia diharapkan segera bebas TBC ke depannya.

Dengan kemajuan teknologi, sistem pelaporan penderita TBC makin berkembang pesat. Dengan aplikasi dari Kementerian Kesehatan yaitu SITB, seluruh pasien dalam pengobatan TBC terintegrasi di dalamnya. Pasien yang membutuhkan penelusuran kontak dapat terlapor di dalamnya, sehingga akan mempermudah pencegahan TBC anak. Ini juga akan mempercepat penjaringan pasien penderita TBC dan mengurangi kemungkinan menyebarnya TBC.

Jadi jangan ditunda apabila terdapat beberapa gejala di atas yang terlihat dari anak – anak kita. Penanganan cepat dan tepat akan berefek lebih baik untuk tunas bangsa kita. Saya dr Filly, salam sehat.

 

 

Penulis :

Filly Ulfa Kusumawardani

Dokter Umum yang bekerja di Klinik Kesehatan Paru Masyarakat Kelas A Purwokerto

 

Related Posts

Komentar